Insirasi-Motivasi Hidup
Orang Miskin, Berhati Kaya
Anda merupakan orang yang dipilih Tuhan
untuk menjalani kehidupan
ini. Kenapa Dia memilih Anda? Karena Anda mempunyai kekuatan untuk menghadapi setiap kesulitan
yang
diberikan oleh-Nya.
Your are the person who chosen to live this life
by God. Why God choose you? Because
you have the strength to cope with any difficulties
that given.”
Semakin banyak pemberianmu kepada orang lain, semakin banyak balasan yang
akan kamu terima, semakin banyak bantuan mereka kepadamu.
Brian Tracy
Namanya, Daud
Anan yang pekerjaannya adalah tukang becak. Seluruh hidupnya di- habiskan di atas sadel becaknya,
mengayuh dan mengayuh untuk memberi jasanya kepada
orang
yang naik becaknya. Mengantarkan kemana saja penumpangnya menginginkannya, dengan imbalan uang sekedarnya.
Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya
malah
tergolong kecil untuk ukuran becaknya
atau orang-orang yang
menggunakan jasanya. Tetapi
semangatnya luar biasa untuk bekerja.
Mulai jam enam pagi setelah melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan.
Daud Anan melalang di jalanan,
di atas becaknya
untuk mengantar para
penumpangnnya. Dan ia akan mengakhiri kerja kerasnya setelah jam delapan malam.
Para
pelanggannya sangat menyukai Daud Anan, karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah lekang dari wajahnya. Dan
ia tak pernah menentukan berapa orang harus membayar jasanya. Namun
karena kebaikan hatinya itu, banyak orang yang
menggunakan jasanya membayar lebih.
Mungkin karena tidak tega,
melihat bagaimana tubuh yang kecil
malah tergolong ringkih itu dengan napas yang
kiang menghilang (apalagi kalau jalanan mulai menanjak) dan keringat bercucuran
berusaha mengayuh becak tuanya.
Daud Anan tinggal disebuah gubuk duri yang nyaris
sudah mau roboh, di daerah yang
tergolong primitif, bersama dengan banyak
tukang becak, para penjual asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan milik-
nya, karena
ia
menyewanya secara
harian.
Perlengkapan di gubuk itu sangat
sederhana. Hanya ada sebuah tikar tua
yang telah robek- robek dipojok-pojoknya, tempat dimana
ia biasa merebahkan tubuh
penatnya setelah sepanjang hari mengayuh
becak.
Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana Daud Anan
biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, di ruang
itu juga ia me-
nerima tamu yang butuh bantuannya, di ruang itu juga ada sebuah kotak dari
kardus yang berisi beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua yang telah bertambal-tambal. Ada sebuah
piring seng comel yang mungkin
diambilnya dari tempat sampah
dimana biasa ia makan, ada
sebuah tempat minum dari kaleng. Di pojok ruangan tergantung sebuah lampu templok
minyak tanah,
lampu yang biasa dinyalakan
untuk menerangi kegelapan di gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Daud
Anan tinggal sendirian
di gubuknya. Dan orang
hanya tahu bahwa ia seorang pen- datang. Tak ada yang tahu
apakah ia mem- punyai sanak
saudara sehubungang darah. Tapi
nampaknya ia tak pernah merasa
sendiri- an, banyak orang yang suka padanya, karena sifatnya yang murah
hati dan suka menolong.
Tangannya sangat ringan menolong orang yang
Membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.
Dari penghasilan
yang diperolehnya
selama seharian ayuh-mengayuh becaknya, sebenarnya ia mampu untuk mendapatkan makanan dan minuman yang layak
untuk diri- nya dan membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan baju
tuanya yang hanya
sepasang dan sepatu
bututnya yang sudah tak
layak dipakai karena telah
robek. Namun dia tidak
melakukannya, karena semua uang
hasil penghasilannya
disumbangkannya kepada sebuah Yayasan
sederhana yang biasa mengurusi dan
menyantuni sekitar 300 anak-
anak yatim piatu
miskin di Tianjin.Yayasan yang
juga mendidik anak-anak yatim piatu
melalui sekolah yang ada.
Tidak hanya itu, hasil keringatnya ia juga selalu berbagi dengan
orang-orang yang tergolong tak punya.
Hatinya sangat
tersentuh ketika ia baru beristirahat setelah mengantar
seorang pelanggannya. Ia menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia
sekitar 6 tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja. Tubuh
kecil itu nampak sempoyongan mengendong
beban berat di pundaknya, namun terus dengan semangat melakukan tugasnya. Dan dengan ke- gembiraan yang sangat jelas terpancar di muka- nya, ia menyambut upah beberapa uang recehan
yang diberikan oleh ibu itu, dan
dengan wajah menengadah ke langit
bocah itu berguman, mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki yang diperolehnya hari itu.
Berharaplah yang terbaik untuk terjdi dan kamu akan
mendapatkan yang baik terjadi. Keadaan akan bekerja sesuai yang kamu harapkan jika kamu mengarahkan fokus pada hal
positif. Berharaplah yang terbaik dari orang lain. Jika mereka
tahu
harapanmu, mereka akan memberikan kebaikan kepadamu. Berharaplah yang terbaik
dari dirimu,
dan kamu akan memiliki kemampuan
untuk terus melakukan.
Ralph Marstone
Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu me-
nolong ibu-ibu yang berbelanja, dan
menerima upah uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu
beranjak ke tempat sampah, m e n g a d u k - a d u k sampah, dan waktu menemukan se- potong roti
kecil
yang kotor, ia bersihkan kotoran itu,
dan me- masukkan roti itu ke mulutnya,
menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari surga.
Hati Daud Anan tercekat melihat itu, ia
hampiri anak lelaki itu, dan berbagi makanannya
dengan anak lelaki itu. Ia heran, mengapa anak
itu tak membeli makanan
untuk dirinya, padahal
uang yang diperolehnya cukup banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar membeli makanan sederhana.
“Uang yang saya dapat untuk makan adik- adik saya….,” jawab anak itu.
“Orang tuamu
dimana?” tanya Daud
Anan.
“Saya tidak
tahu, Ayah Ibu saya pemulung. Tetapi sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung, mereka
tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja untuk mencari makan untuk
saya
dan dua adik saya yang masih kecil,”
sahut anak itu.
Daud Anan minta anak itu mengantarnya melihat ke dua adik anak lelaki bernama Yudita Yuni itu. Hati Daud Anan
semakin merintih melihat kedua
adik Eko, dua anak perempuan kurus
berumur 5 tahun
dan 4 tahun. Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali, kurus, kotor dengan pakaian yang kotor.
Daud Anan tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga anak itu tidak
terlalu perduli dengan situasi dan keadaan ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang mereka juga terbelit dalam
kemiskinan
yang sangat
parah, jangankan untuk mengurus orang lain,
mengurus
diri
mereka
sendiri
dan
keluarga
mereka sangat sulit.
Thomas Anan kemudian membawa ke tiga
anak itu ke Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin di Oki. Pada pengurus yayasan itu Daud
Anan
mengatakan
bahwa ia setiap hari akan
mengantarkan semua penghasilannya
untuk membantu anak-anak miskin itu, agar mereka mendapatkan makanan dan
minuman yang layak, dan mendapatkan perawatan dan pendidikan yang layak pula.
Sejak saat itulah Daud Anan menghabiskan waktunya dengan
mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi
sampai jam 8 malam dengan penuh semangat untuk mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya setelah dipotong sewa gubuknya
dan membeli dua potong kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil daging dan sebutir telur untuk makan malamnya, seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim
piatu itu. Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali
melakukan semua itu, di tengah kesederhanaan dan keter- batasan dirinya. Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung mendapatkan pakaian
rombeng yang masih cukup layak untuk dikena-
kan di tempat
pembuangan sampah. Hanya
perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang berbeda
warna. Tetapi masih cukup bagus baginya.
Daud Anan mengayuh becak tuanya selama
365
hari setahun, tanpa peduli dengan cuaca yang
silih berganti, di tengah
badai salju turun yang membekukan tubuhnya atau dalam panas matahari yang sangat menyengat membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita, yang
penting biarlah anak-anak
yang miskin itu dapat makanan yang layak dan dapat bersekolah. Dan saya bahagia
melakukan semua ini,” katanya.
Bila orang-orang menanyakan mengapa ia mau berkorban demikian besar
untuk orang lain tanpa peduli dengan dirinya sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun, sehingga hampir 20 tahun Daud Anan menggenjot
becaknya demi mem-
peroleh uang untuk menambah donasinya pada
yayasan
yatim piatu. Saat berusia 90 tahun,
dia mengantarkan tabungan terakhirnya
sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu
rupiah) yang di- simpannya
dengan rapih dalam
sebuah kotak dan menyerahkannnya ke sekolah.
Daud Anan berkata “Saya sudah tidak
dapat
mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat
menyumbang lagi. Ini mungkin uang terakhir yang
dapat saya sumbangkan,” katanya dengan sendu.
Semua guru di sekolah
itu menangis. Daud Anan
wafat pada usia 91 tahun,
ia
meninggal dalam kemiskinan. Sekalipun begitu,
dia telah menyumbangkan disepanjang
hidupnya uang sebesar RMB 350.000 (kurs
1300, setara 455 juta
rupiah, jika tidak
salah) yang dia berikan kepada Yayasan yatim
piatu dan sekolah-sekolah untuk menolong
kurang lebih
300 anak-anak
miskin.
Gambar terakhir yang orang punya mengenai dirinya adalah sebuah
gambar dirinya yang
bertuliskan “Sebuah Cinta yang istimewa untuk
seseorang yang luar biasa”.
Bila seseorangyang miskin menyumbang dari kekurangannya, maka ia adalah salah satu PENGHUNI SURGA yang
diutus oleh Tuhan
ke dunia, yang mengajarkan kita untuk selalu
BERSYUKUR dan selalu BERBAGI kepada sesama.
Tidak ada komentar